RETENSI ENERGI PADA IKAN
Oleh:
Nama : Miftakhatun
NIM : B1J009128
Rombongan : V
Kelompok : 4
Asisten : Emy Sulistiyaningsih
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2010
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Data Kelompok Bobot basah awal Bobot basah akhir Nilai RE
1 2,4,6 1,81 gr 2,5 gr 35,6%
2 1,3,5 1,81 gr 2,5 gr 31,59 %
Perhitungan Data 1 :
• ∑ Energi ikan awal = Energi bom ikan awal x Bobot ikan kering
= 5209,0752 x 0,44
= 2291,9kal
• ∑ Energi ikan akhir = Energi bom ikan akhir x Bobot ikan kering akhir
= 5209,0752 x 0,61
= 3177,53 kal
• ∑ Pakan yang di konsumsi = 2,5% x Bobot basah awal x 14
= 2,5% x 1,81 gr x 14
= 0,6335 kal/gr
• ∑ Nilai energi pakan = Energi bom pakan x ∑ pakan yang di konsumsi
= 3925,9715 x 0,6335 kal/gr
= 2487,10 kal/gr
Retensi Energi = Σ energi ikan akhir - Σ energi ikan awal x 100 %
Σ energi pakan
= 3177,53 kal/g –2291,9kal/g x 100 %
2487,10 kal
= 35,6 %
Perhitungan data 2 :
• ∑ Energi ikan awal = Energi bom ikan awal x Bobot ikan kering
= 5217,9294 x 0,3894
= 2031,8617kal
• ∑ Energi ikan akhir = Energi bom ikan akhir x Bobot ikan kering akhir
= 5217,9294 x 0,54
= 3172817,6818 kal
• ∑ Pakan yang di konsumsi = 2,5% x Bobot basah awal x 14
= 2,5% x 1,81 gr x 14
= 0,6335 kal/gr
• ∑ Nilai energi pakan = Energi bom pakan x ∑ pakan yang di konsumsi
= 3925,9715 x 0,6335 kal/gr
= 2487,10 kal/gr
Retensi Energi = Σ energi ikan akhir - Σ energi ikan awal x 100 %
Σ energi pakan
= 2817,6819 kal/g – 2031,861kal/g x 100 %
2487,10 kal
= 31,59 %
B. Pembahasan
Retensi energi menunjukan besarnya kontribusi energi pakan yang di konsumsi terhadap pertambahan energi tubuh ikan. Retensi energi ialah banyaknya energi pakan yang dikomsumsi oleh makhluk hidup dapat disimpan dalam tubuh. Retensi atau tingkat efisiensi energi dapat dicerminkan dari rasio besarnya pertambahan energi tubuh terhadap jumlah energi pakan yang dikonsumsi oleh ikan. Besarnya energi pakan yang kontribusi pada pertambahan energi tubuh juga digambarkan dengan retensi energi. Energi yang dikonversi dari pakan yang dikonsumsi, sebagian besar akan hilang dalam bentuk panas dan hanya sekitar 1/5 dari total energi yang diperoleh dalam bentuk pertumbuhan (Yuwono, 2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi pakan selain ukuran ikan antara lain banyaknya pakan yang dimakan, status fisiologi, partikel pakan, dan frekuensi pemberian pakan (Haetami,2004). Menurut Catdown (1981), menyatakan bahwa konversi pakan merupakan salah satu cara untuk mengetahui kualitas pakan. Kualitas pakan akan semakin baik jika konversi pakannya semakin rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi pakan buatan antara lain banyaknya pakan yang dimakan, kandungan protein, ukuran ikan, partikel pakan dan frekuensi pemberian pakan. Pakan diperlakukan sebagai masukan paling baik untuk menambah produksi ikan. Ikan menerima produk agrikultur dalam wujud pelet atau adonan pakan. Telah dikembangkan formula pakan untuk spesies di bawah sistem kultur; kebanyakan menggunakan makanan ikan, kacang kedelai, dan kacang tanah. Bahan – bahan ini akan mahal dan menjadi penghalang untuk penggunaan lebih lanjut sebagai pakan hewan air. Hal ini mengharuskan untuk mencari sumber alternatif yang tersedia. Makrophita digunakan sebagai komponen makanan dan menunjukkan adanya substansi protein dan mineral yang pantas digunakan sebagai feedstuff yang dapat dikonversi ke dalam sumber protein dengan nilai biologi yang tinggi (Kalita, 2008).
Jumlah makanan yang diberikan pada ikan hendaknya 5 - 10% dari berat total dan frekuensi pemberian pakan sebanyak 2 – 4 kali sehari. Namun jumlah tersebut, dapat berubah – ubah tergantung pada suhu lingkungan, semakin rendah suhu maka jumlah makanan yang dikonsumsi semakin sedikit. Pakan yang diberikan pada ikan, normalnya harus mengandung protein, karbohidrat, dan lemak dalam kualitas yang baik serta kandungan gizi yang cukup, karena ketiganya akan diubah menjadi energi untuk aktivitasnya (Mujiman, 1985). Halver (1989) menyatakan bahwa energi pakan digunakan untuk metabolisme dan aktivitas, baru kelebihan energi yang digunakan untuk pertumbuhan. Ikan membutuhkan protein 20 - 60% sebagai komponen penting pemeliharaan dalam tubuh, pengganti alat tubuh yang rusak, serta proses anabolik, sedangkan karbohidrat dan lemak digunakan sebagai sumber energi.
Protein merupakan zat yang dibutuhkan ikan dan perlu dipenuhi untuk mencapai pertumbuhan optimal. Protein yang terdiri atas rantai-rantai asam amino juga digunakan untuk proses katabolisme sehingga dapat menghasilkan energi. Pentingnya protein untuk pertumbuhan telah ditunjukkan pada beberapa studi tentang nutrisi protein terutama asam amino esensial. Apabila ikan kekurangan asam amino esensial akan berpengaruh pada kisaran pertumbuhan karena struktur tubuh seperti otot dan tulang tidak dapat dibentuk (Moyle dan Cech, 2001).
Kualitas suatu protein secara kuantitatif dapat ditentukan dengan berbagai cara, misalnya dengan mengukur pertambahan berat badan atau pertumbuhan dimana bahan atau pakan yang digunakan dibandingkan dengan ransum kontrol dengan kadar protein yang sama (Parakkasi, 1983). Kandungan lemak yang dibutuhkan ikan berkisar 4 - 18%, kebutuhannya sangat dipengaruhi oleh ukuran ikan, kondisi lingkungan dan sumber tenaga lain. Karbohidrat diperlukan oleh ikan berkisar antara 10 - 50%, kemampun ikan untuk memanfaatkan karbohidrat tergantung pada kemampuanya menghsilkan enzim amilase. Vitamin digunakan oleh ikan sebagai katalisator (pemicu) terjadinya proses metabolisme di dalam tubuh. Mineral merupkan bahan anorganik yang dibutuhkan oleh ikan untuk pembentukan jaringan tubuh, proses metabolisme dan mempertimbangkan keseimbangan osmosis (Mujiman, 1985). Menurut Susanto (1987), denaturasi protein terjadi pada suhu 45 0C atau tepatnya pada suhu 60 0C dimana semakin tinggi suhu maka fungsi biologis dari protein bisa hilang, sehingga grafik yang dihasilkan dari hubungan antara retensi energi dengan temperatur merupakan kurva parabola.
Rasio besarnya pertambahan energi tubuh terhadap jumlah energi pakan yang dikonsumsi akan mencerminkan tingkat efisiensi energi pakan atau retensi energi. Menurut Mujiman (1985), retensi energi dipengaruhi beberapa faktor, antara lain :
a) Kualitas pakan
Ikan yang diberi pakan yang berbeda-beda menunjukkan pertumbuhan yang berbeda pula. Umumnya ikan memerlukan protein sekitar 20-60% dari pakan yang diberikan dan kadar optimumnya adalah 30-36%. Bila kadar protein dalam makanan kurang dari 6% berat basah, ikan tidak dapat tumbuh dengan baik.
b) Umur ikan
Ikan muda relatif membutuhkan protein yang lebih banyak daripada ikan dewasa, sebab ikan muda membutuhkan banyak nutrisi untuk bergerak dan tumbuh.
c) Ukuran tubuh
Proporsi energi yang didistribusikan pada berbagai komponen retensi energi berubah dengan meningkatnya ukuran tubuh.
Selain faktor internal, faktor eksternal seperti suhu juga berpengaruh terhadap retensi energi. Menurut Halver (1989), pada temperatur 30 – 40 0C akan terjadi peningkatan metabolisme yang sangat cepat dan juga akan menghasilkan peningkatan retensi energi juga. Namun pada temperatur yang tinggi akan terjadi denaturasi protein.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Retensi energi merupakan suatu besarnya energi pakan yang di konsumsi ikan yang dapat di simpan dalam tubuh.
2. Retensi energi yang diperoleh pada praktikum pada larva ikan adalah 35,6 % dan 31,59 %.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi energi diantaranya suhu, metabolisme pakan, umur ikan, bobot ikan, kondisi ikan, dan ransum pakan (jumlah dan mutu pakan).
DAFTAR REFERENSI
Catdown, I. G. 1981. Eartwoon a New Source of Protein. W. B. Sounders Co., London.
Haetami, Kiki. 2004. Evaluasi Daya Cerna Pakan Limbah Azola pada Ikan Bawal Air Tawar. Jurnal Bionatura, Jakarta.
Halver, J. A. 1989. Fish Nutrition. Academic Press, New York.
Kalita, P., Pratap K. M., and Ashis K. M. 2008. Supplementation of Four Non - Conventional Aquatic Weeds to The Basal Diet of catla catla and cirrhinus mrigala Fingerlings : Effect on growth, Protein Utilization and Body Composition of fish. Acta Ichthyologica Et Piscatoria, vol. 38 (1) : 21 – 27.
Mujiman, A. 1985. Makanan Ikan. PT. Penebar Swadaya, Bogor.
Moyle, B.P Cech. J. J. 2001. Fish and Introduction to Ichtiology. Prentice Hall. Inc., New York.
Parakkasi, A. 1983. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Angkasa, Bandung
Susanto, H. 1987. Budidaya Ikan di Pekarangan. Swadaya, Jakarta.
Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto.