REGENERASI
Oleh:
Nama : Miftakhatun
NIM : B1J009128
Rombongan : I
Kelompok : 2
Asisten : Andrian Putra Bahari
LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2010
I.
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Praktikum regenerasi kali ini hewan yang digunakan adalah cicak dan
kecoa. Pemilihan hewan tersebut sebagai hewan uji, karena hewan tersebut dapat
mengalami proses regenerasi.
Selain itu, dalam proses regenerasinya membutuhkan waktu yang cukup singkat.
Pengamatan hewan tersebut dirasa lebih mudah, karena bahannya mudah didapat dan
perawatannya dapat dilakukan dengan sederhana dan mudah diamati. Praktikum regenerasi ini dilakukan untuk mengetahui
proses pembentukan pada ekor dan kaki hewan uji yang telah di potong.
Regenerasi terjadi secara luas
pada kingdom Animalia. Bagian tubuh yang hilang dapat bermacam – macam.
Timbulnya bagian yang hilang tersebut dari sel cadangan khusus, persisten
embrional sel dan sel yang terdiferensiasi kemudian dikenal dengan rudimen atau
blasterma. Regenerasi merupakan penggantian bagian tubuh yang rusak atau
lenyap. Kemampuan hewan tersebut meregenerasi bagian yang hilang dari suatu
spesies. Hewan yang mengalami segenerasi diantara lain adalah cicak dan kecoa.
Selain hewan tersebut, terdapat hewan lain yang mengalami regenerasi yaitu
geranium, hydra, euplanaria, udang, crustasea, dan beberapa hewan lainnya.
Pemutusan ekor cicak pada umumnya merupakan proses untuk mempertahankan
diri atau disebut proses autonom.
Saat cicak merasa terancam oleh musuh, maka ia akan dengan segera melepaskan
ekornya, dari ekor yang telah terputus tersebut dapat tumbuh kembali, dan hal
ini yang disebut proses regenerasi.
Cicak akan memutuskan ekornya bila merasa dirinya dalam keadaan bahaya atau
menghadapi musuh. Ekor yang diputuskan tersebut akan tergantikan kembali
melalui proses regenerasi organ yang memerlukan waktu tertentu dalam proses pembentukannya.
Sedangkan apabila kecoa merasa dirinya dalam kedaan bahaya maka kecoa akan
memutuskan kakinya bagian femur. Oleh karena itu pada percabaan ini daerah
pemotogan pada cicak dan kecoa dilakukan pada ekor dan kaki dikarenakan ekor
cicak dan kaki kecoa memiliki daya regenerasi atau kemampuan regenerasi yang
tidak terbatas pada tingkat sel atau jaringan, tetapi juga mencakup pada
tingkat organ. Pemotongan daerah pada
cicak dan kecoa berbeda karena untuk melihat daerah pemotongan mana yang lebih
cepat pertumbuhannya.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum regenerasi kali ini adalah untuk menyusun rangkaian
perkembangan penyembuhan dan pembentukan kembali ekor pada ujung ekor cicak (Hemidactylus frenatus) dan ujung kaki kecoa (Periplaneta americana) yang terpotong.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Regenerasi merupakan penggantian bagian tubuh yang rusak atau lenyap.
Kemampuan hewan untuk meregenerasi bagian yang hilang sangat bervariasi dari
spesies ke spesies. Penyembuhan luka pada cicak diawali dengan pertumbuhan
kulit di atas luka tersebut, kemudian suatu tunas sel-sel yang belum
berdiferensiasi terlihat. Dediferensiasi berarti sel – sel ini kehilangan
struktur diferensiasinya sebelum berperan dalam tugas regenerasi. Sel – sel
dari anggota tubuh yang sedang beregenerasi diatur dan berdiferensiasi sekali
lagi menjadi otot, tulang, dan jaringan lainnya kemudian menjadi organ yang
fungsional (Kimball, 1983).
Regenerasi terhadap pemutusan ekor cicak juga diikuti dengan proses
autotomi yang merupakan proses adaptasi yang membantu hewan untuk melepaskan
diri dari serangan musuh. Cicak akan dengan segera melepaskan ekornya jika ada
serangan dari musuh, dari ekor yang telah terputus tersebut dapat tumbuh
kembali dengan pertumbuhan ekor yang lebih pendek dari ekor semula (Storer,
1981).
Proses pemotongan atau perusakan bagian tubuhnya dan dapat tumbuh kembali
dengan mengadakan fragmentasi/penyembuhan seperti semula. Proses pemutusan yang
memiliki daya fragmentasi tinggi adalah golongan hewan tingkat rendah. Selain
fragmentasi yang dimilikinya mereka juga memiliki gerakan yang lambat. Contoh
dari hewan – hewan tersebut ialah Geranium, Hydra, Euplanaria, appendasis,
udang, crustasea, cicak, dan salamander. Proses reparasinya disebut dengan
autotomi. Adapun prosesnya yaitu sesuai dengan teori gradent axial, yang
merupakan bagian anterior dan posterior (Kastowo, 1982).
Studi regenerasi mengungkapan bahwa sel – sel dewasa dari jaringan
tertentu yang telah berdiferensiasi, misalnya epidermis, mensintesis, dan
menghasilkan zat yang secara aktif menghambat mitosis sel – sel muda dari
jaringan yang sama, zat ini disebut kalona. Stadium permulaan dari regenersi
tidak ada sel dewasa sehingga tidak ada penghambatan pembelahan sel. Jaringan
dari struktur yang telah mengalami regenerasi berdiferensiasi, mulailah
produksi kalona dan agaknya secara berangsur menghentikan pertumbuhan struktur
tersebut (Kimball, 1983).
Blastema merupakan proses pembentukan kuncup regenerasi pada bagian
permukaan bekas luka. Blastema ini juga berasal dari penimbunan sel – sel
diferensiasi atau sel – sel satelit pangembara yang ada di jaringan terutama
yang ada di dinding kapiler darah. Bagian blastema ini akan berhenti jika
terjadinya rediferensiasi sel – sel, karena sel – sel yang berasal dari
parenkim akan tumbuh menjadi alat derivat mesodermal, jaringan syaraf, dan
saluran pencernaan. Bagian yang terpotong akan tumbuh lagi sesuai struktur
anatomis dan histologis yang serupa dengan asalnya
(Balinsky, 1983).
Regenerasi yang terjadi pada hewan dapat dilakukan dengan tiga cara.
Pertama regenerasi epimorfosis, yang mana pada regenerasi ini melibatkan
dediferensiasi struktur dewasa untuk membentuk masa sel yang belum
terdiferensiasi yang kemudian direspesifikasi. Regenerasi ini khas pada
regenerasi membra. Tipe regenerasi yang kedua adalah regenerasi mofolaksis yang
terjadi lewat pemolaan kembali jaringan yang masih ada (tersisa), yang tidak
disertai dengan pembelahan sel. Hydra
adalah contoh dari regenerasi ini. Regenerasi yang terakhir yaitu regenerasi
intermediet, yang diduga sebagai regenerasi konpensatori. Regenerasi ini sel – selnya
membelah, tetapi mempertahankan fungsi sel yang telah terdiferensiasi. Mereka
memproduksi sel – sel serupa pada dirinya sendiri dan tidak membentuk masa
jaringan yang belum terdiferensiasi. Tipe regenerasi kompensatori ini khas pada
hati manusia (Soeminto, 2003).
Proses regenerasi tahap
pertama dari perbaikan kerusakan ekor cicak adalah sel epidermis dari bagian
luka menyebar di seluruh luka dan segera mungkin menutupi permukaan luka.
Selama beberapa hari penutupan luka dari sel epidermis ini menjadi tudung
epidermis apical. Sel-sel yang banyak terkumpul di bawah epidermis. Semua
jaringan dibawah tudung mengadakan dediferensiasi dan regenerasi membentuk sel
kerucut yang disebut blasterma regenerasi atau tunas regenerasi. Blasterma
tersebut tumbuh dengan cepat, dimana pada saat pertama berbentuk kerucut,
tetapi kemudian pada akhirnya menjadi flattened dorsoventral. Kemudian setelah
periode proliferasi, sel blasterma mengadakan dediferensiasi dan memperbaiki
ekornya. Bagian yang terpotong inilah yang disuplai darah dan dapat
beregenerasi (Kalthoff,1996)
III.
MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat – alat yang digunakan dalam praktikum regenerasi kali ini adalah dua
buah botol mineral ukuran 600 ml yang telah diberi lubang, millimeter blok,
dan gunting.
Bahan yang digunakan dalam praktikum regenerasi kali ini adalah dua ekor
cicak dan dua ekor kecoa.
B. Metode
Metode yang digunakan pada praktikum regenerasi
kali ini, antara lain :
1.
Cicak dan kecoa disiapkan dan dimasukkan ke dalam
botol.
2.
Bagian ekor cicak dan kaki kecoa diukur terlebih dahulu
untuk mengetahui panjang awal.
3.
Ekor cicak menggunakan gunting dengan dipotong ½ bagian.
4.
Kecoa yang dipotong kakinya dengan pemutusan pada ruas
ke-4 (dekat ujung kaki).
5.
Sisa bagian dari ekor cicak dan kaki kecoa yang telah
dipotong diukur panjangnya sebagai panjang sisa.
6.
Ekor cicak dan kaki kecoa diamati perpanjangannya
selama tiga minggu dihitung dari awal praktikum regenerasi.
7.
Cicak dan kecoa diberi makan dengan nasi atau remah –
remah makanan selama tiga minggu.
8.
Pertumbuhan ekor dan kakinya diukur dan dicatat setiap
minggu selama tiga minggu pengamatan.
9.
Perpanjangan yang terbentuk difoto sebagai perbandingan
dengan panjang awal pemotongan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Gambar 1. Gambar Regenerasi Cicak
|
Keterangan :
Gambar A. Awal pemotongan ekor cicak
Gambar B. Pertumbuhan ekor cicak minggu 1
Gambar C. Pertumbuhan ekor cicak minggu 2
Gambar D. Pertumbuhan
ekor cicak minggu 3
Gambar 2. Gambar Regenerasi Kecoa
A
|
B
|
|
|
Keterangan :
Gambar A. Awal pemotongan kaki kecoa
Gambar B. Pertumbuhan kaki kecoa minggu 1
Gambar C. Pertumbuhan kaki kecoa minggu 2
Gambar D. Pertumbuhan kaki
kecoa minggu
3
Tabel 1. Pertumbuhan
Ekor Cicak
Keterangan
|
Data Pribadi
|
Pemutusan Alami
Kel I
|
Pemutusan Mekanik (bagian yang dipotong)
|
|||
Tepat garis NGF
Kel II
|
1/4 bagian
Kel III
|
1/2
bagian
Kel IV
|
1/3
bagian
Kel V
|
|||
Panjang
awal (mm)
|
45
|
45
|
45
|
40
|
60
|
65
|
Panjang
sisa (mm)
|
3
|
2
|
3
|
37,5
|
30
|
45
|
Minggu I
(mm)
|
5
|
3
|
5
|
38,5
|
33
|
45
|
Minggu
II (mm)
|
7
|
3
|
7
|
40,5
|
35
|
46
|
Minggu
III (mm)
|
8
|
2
|
8
|
42,6
|
37
|
mati
|
Tabel 2. Pertumbuhan Kaki Kecoa
Keterangan
|
Data Pribadi
|
Pemutusan
Ruas I
|
Pemutusan
Ruas II
|
Pemutusan
Ruas III
|
Pemutusan
Ruas IV
|
Pemutusan
Ruas V
|
Minggu I (mm)
|
1
|
1
|
1
|
5
|
1
|
1
|
Minggu II (mm)
|
1
|
1,2
|
1
|
5
|
1
|
1
|
Minggu III (mm)
|
2
|
1
|
2
|
3
|
mati
|
mati
|
Tabel 3. Kecepatan Pertumbuhan Organ yang Diamputasi
Kel
|
Organ Hilang
|
Minggu I
(mm/minggu)
|
Minggu II
(mm/minggu)
|
Minggu II
(mm/minggu)
|
I
|
Ekor cicak
|
1
|
mati
|
mati
|
Kaki kecoa
|
1
|
1,2
|
1
|
|
II
|
Ekor cicak
|
1
|
3
|
1
|
Kaki kecoa
|
1
|
1
|
2
|
|
III
|
Ekor cicak
|
1
|
2
|
2,1
|
Kaki kecoa
|
5
|
5
|
1
|
|
IV
|
Ekor cicak
|
3
|
2
|
2
|
Kaki kecoa
|
1
|
1
|
mati
|
|
V
|
Ekor cicak
|
0
|
1
|
mati
|
Kaki kecoa
|
1
|
1
|
mati
|
B. Pembahasan
Percobaan dilakukan
dengan cara memberlikan lima perlakukan pada cicak yaitu pemutusan secara
alami, pemutusan tepat pada garis NGF (Nerve Growth Factor), pemutusan pada ¼
bagian ekor, pemutusan pada ½ bagian ekor, dan pemutusan pada 1/3 bagian ekor.
Perlakuan yang diberikan pada kecoa hanya satu macam perlakuan saja yaitu
pemotongan pada ruas femur. Kecoa dan cicak diamati perkembangannya selama tiga
minggu, setelah tiga minggu bagian yang dipotong mengalami pertumbuhan kembali.
Berdasarkan
hasil pengamatan kelompok diperoleh hasil yaitu setelah tiga minggu ekor cicak
yang dipotong sepanjang ½ bagian tumbuh 7 mm dari panjang sisa 30 mm menjadi 37
mm. Ekor yang putus tersebut tumbuh tetapi tidak sama seperti semula.
Pengamatan minggu I, ekor cicak bertambah panjang 3 mm, minggu ke II bertambah
2 mm dan minggu ke II bertambah 2 mm.
Pada pemutusan ekor secara alami didapatkan panjang ekor sisa sebesar 2
mm dan pada minggu I sebesar 3 mm dan pengamatan tidak dilanjutkan karena cicak
mati, pertambahan panjang ekornya sebesar 1 mm. Pemotongan pada daerah NGF
diperoleh hasil akhir 8 mm dari panjang sisa 3 mm, berarti pertambahan panjang
ekor sebesar 5 mm. Pemotongan ekor pada ¼ bagian ekor diperoleh panjang akhir
42,6 mm dari panjang sisa 37,5 mm sehingga ekor bertambah panjang 5,1 mm.
Pemotongan pada 1/3 bagian diperoleh hasil akhir sebesar 46 mm dari panjang sisa 45 mm sehingga
pertumbuhan panjang ekornya sebesar 1 mm. Berdasarkan hasil, diperoleh data
bahwa petumbuhan ekor cicak yang paling cepat adalah pemutusan ½ bagian ekor,
yaitu sebesar 7 mm selama 3 minggu. Perbandingan hasil dari
perlakuan pemotongan ekor cicak yang berbeda-beda, dapat terlihat bahwa
pemotongan ekor cicak pada bagian yang dekat dengan daerah NGF mengalami
pertumbuhan yang lebih cepat bila dibandingkan dengan pemotongan ekor cicak
pada bagian yang lebih jauh dari daerah NGF (Kalthoff, 1996). Berdasarkan hasil
pengamatan pribadi diperoleh hasil yaitu setelah tiga minggu kaki kecoa yang
dipotong dengan titik pemotongan ruas IV mengalami pertumbuhan. Pengamatan minggu I, kaki kecoa mengalami
pertambahan panjang 1 mm,
minggu ke II kaki kecoa mengalami bertambahan panjang 1 mm dan minggu ke III kecoa mati.
Gambar
Skematis Pertumbuhan Ekor Cicak dan Kaki Kecoa
Pengamatan yang
dilakukan selama 3 minggu terhadap pertumbuhan ekor cicak dan kaki kecoa yang
diamputasi secara mekanik ternyata tidak menunjukkan struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan
asalnya, penambahan panjang bagian yang teramputasi berbeda dengan sebelum
teramputasi, dan dari data diperoleh diketahui bahwa pertumbuhan ekor cicak
pasca amputasi sangat lambat. Regenerasi dapat terhalang apabila luka segera
ditutupi oleh kulit seperti yang ditemukan pada katak, kulit segera menutupi
luka karena itu jika kaki katak diamputasi tidak akan terjadi regenerasi,
karena kulit akan segera menutup luka itu. Pergerakan dermal dapat dicegah
dengan memberi larutan garam. Regenerasi dapat terjadi jika epidermis kulit
yang luka tidak menutupinya. Kulit mengandung suatu zat yang dapat memblokir
proses regenerasi. Terjadinya regenerasi perlu kehadiran urat syaraf.
Regenerasi tidak akan berlangsung jika syaraf anggota dipotong pada waktu
larva, kemudian anggota diamputasi. Diferensiasi terus berlangsung, tetapi
selnya diabsorpsi dan akhirnya proses regenerasi berhenti (Balinsky, 1983).
Cicak dapat
melakukan pertahanan diri dengan melakukan autotomy, yaitu pemutusan ekor
secara alami. Ekor pada cicak bukan hanya berfungsi untuk autotomi dan lokomosi
saja tetapi juga melakukan fungsi sinyal interspesifik dan berkelahi.
Konsekuensi dari melakukan autotomy, ia harus dapat melakukan pembentukkan
kembali ekornya, karena fungsi ekor yang cukup vital baginya. Terdapat tiga
tahap utama dalam regenerasi yaitu insiasi pada bagian yang mengalami kerusakan
diperbaiki, sel-sel disekitar bagian yang mengalami kerusakan
ber-dediferensiasi dan membentuk blastema regenerasi, dan struktur kompleks
ekor yang telah terbentuk kembali akan tumbuh memanjang (Clause, 2006).
Selama proses pemeliharaan dan pengamatan, cicak diberi
pakan berupa remah roti dan nasi dan minum. Pengamatan yang dilakukan
menunjukkan cicak tidak memakan makanannya dan tubuhnya pun semakin kurus dari
hari ke hari, hal ini dikarenakan cicak mengalami stress hingga menyebabkan
kematian.
NGF (Nerve Growth Factor) adalah faktor yang memiliki pengaruh
terhadap kecepatan regenerasi pada cicak dan kecoa. Proses laju regenerasi akan
lebih cepat bila pemotongan didekat Nerve Growth Factor. Nerve Growth Faktor
merupakan syaraf yang menstimulasi pertumbuhan bagian tubuh yang mengalami
kerusakan atau amputasi dan akan menggerakkan sel-sel disekitarnya untuk
berkonsentrasi melakukan perbaikan (Clause, 2006).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya
dapat diambil kesimpulan bahwa:
1.
Regenerasi
adalah suatu proses untuk memperbaiki bagian tubuh yang rusak atau lepas
kembali seperti semula.
2.
Proses-proses
umum yang terjadi pada regenerasi meliputi pembentukan tudung ektodermal apikal,
terbentuknya jendalan plasma, migrasi sel-sel epidermal menutupi permukaan luka
yang membentuk epidermis luka, epidermis luka membentuk ektoderma apikal,
sel-sel yang telah terdiferensiasi kehilangan cirri-ciri deferensiasinya, terbentuk
zona progress mesenkhim membra embrionik, blastema regenerasi akan
berdiferensiasi kembali untuk membentuk struktur-struktur baru membra yang
hilang.
B.
Saran
Kesulitan-kesulitan yang dialami saat melakukan praktikum adalah sulitnya
memelihara cicak sehingga banyak yang mati. Proses pemeliharaan cicak harus di perlukan kecermatan dan kehati-hatian
dalam pemberian makan agar cicak dapat bertahan hidup.
DAFTAR REFERENSI
Balinsky, B. I. 1983. An Introduction to
Embriology. WB Saunders College Publishing, London.
Clause, Amanda R and Capaldi, Elizabeth H.
2006 Caudal Autotomy and Regeneration in Lizard. 970-971.
Kalthoff, K. 1996. Analysis of Biological
Development. McGraw-Hall Inc, New York. Kastowo, H. 1982. Zoologi Umum. Alumni, Bandung.
Kastowo, H. 1982.
Zoologi Umum. Alumni, Bandung.
Kimball, J. W.
1983. Biologi 2 edisi 1. Erlangga, Jakarta.
Radiopoetro, 1986. Zoologi.
Erlangga, Jakarta. Soeminto. 2003. Perkembangan Organ. Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Storer, T. I. 1981.
Element of Zoology. Mc Graw-Hill Book Company Inc, New York .
Soeminto, 2010. Diktat Praktikum Struktur
Perkembangan Hewan II. Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto.