RANGKUMAN
MATERI MIKROPALEONTOLOGI
MATERIAL
BUMI DAN JENIS-JENIS BATUAN
Created by : MIFTAKHATUN
B1J009128
Jenis-Jenis Batuan
Batuan merupakan material bumi yang
terdiri dari satu atau lebih mineral, terbentuk di alam dan tidak hidup.
Berdasarkan genesanya, batuan dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu:
a.
Batuan Beku
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai
batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan
sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).
Struktur adalah kenampakan batuan
secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan.
Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat dilapangan saja,
misalnya:
• Pillow
lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah
laut, membentuk struktur seperti bantal.
• Joint
struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun
secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat
pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu:
• Masif,
yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak
menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain
yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
• Vesikuler,
yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada
waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur.
• Skoria,
yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya
besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
•
Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh
mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
• Xenolitis,
yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang
masuk dalam batuan yang mengintrusi.
• Pada
umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang
ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan
pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint
(kekar berlembar).
Komposisi
Mineral
Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku,
cukup dengan mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna
mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
• Mineral
felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral
kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
• Mineral
mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen, amphibol
dan olivin.
Batuan ini mempunyai empat jenis
tekstur yaitu :
·
Gelas
(glassy) yakni tekstur yang tidak berbutir atau tidak mempunyai x’tal, amorf.
·
Afanitik
(aphanitic) atau disebut juga fine grain texture, berbutir sangat halus dan
tidak terlihat tanpa alat pembesar.
·
Faneritik
(phaneritic) atau disebut juga coarse grain texture, berbutir cukup besar,
terlihat tanpa alat.
·
Porfiritik
(porphyritic) batuan dengan teksture ini mempunyai dua ukuran x’tal yang
dominan.
Disamping itu, batuan beku juga
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
·
Batuan
beku dalam (intrusif),
mendingin dan membeku sangat lama (106 tahun), bentuk x’tal besar
dan sempurna(faneritik)
·
Batuan
Beku luar (ekstrusif),
mendingin dan membeku sangat cepat (P dan T di atmosfir) x’tal sangat halus /
amorf.
b. Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang
terbentuk dari sedimen (rombakan dari batuan yang telah ada) yang ditransport
oleh air, udara dan grafitasi dan diendapkan di darat atau air dan telah
mengalami proses diagenesa. Batuan sedimen dibedakan menjadi dua.
Ø batuan sedimen klasik, terdiri dari
material pecahan/hancuran batuan atau mineral yang sudah ada sebelumnya.
Ø Batuan sedimen nonklastik, Pengendapan
akibat perubahan kondisi kimia oleh penguapan atau oleh proses biokimia.
kondisi kimia yang dimaksud adalah PH lingkungan media pengangkutnya (air).
Sifat utama batuan sedimen adalah
berlapis sehingga membentuk bidang-bidang perlapisan. Bidang perlapisan
merupakan perbedaan sifat fisik warna, besar butir, dan litologi. Kedudukan
bidang perlapisan dinyatakan dengan Jurus(strike) dan Kemiringan (dip).
Jurus merupakan kedudukan searah garis perpotongan bidang di alam dengan bidang
horizontal. Sedangkan kemiringan maksudnya sudut terbesar antara bidang dialam
dengan bidang horizontal.
Struktur sedimen
•
Bedding
– Perlapisan
•
Graded
bedding – Lapisan bersusun
•
Riple
mark – Gelembur gelombang
•
Cross
bedding– Silang siur
•
Mud
cracks – Rekah kerut
c. Batuan Malihan (metamorfosa)

Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses metamorphose :
•
Cairan
yang mempengaruhi reaksi kimia. Larutan gas, garam, mineral terlarut
mempercepat pertukaran unsur, mineral
larutan
•
Suhu
dan tekanan, membentuk himpunan mineral-mineral baru dari yang semula sudah ada
•
Waktu,
mempengaruhi besar butir mineral yang terbentuk
Berdasarkan
batuan asalnya, batuan metamorf dibedakan menjadi 3 jenis.
•
Serpih dan mudstone : filit, sekis dan gneiss
•
Basalt : sekis hijau, amfibolit dan granulit
•
Batugamping dan batupasir : marmer dan kwarsit
Metamorfisme sendiri dibedakan
menjadi empat.
•
Metamorfisme
Kataklastik (jarang terjadi)
Deformasi
mekanik pada metamofisme thd. batuan regas menghasilkan hancuran tidak terjadi
rex’talisasi bila berlanjut fragmen menjadi lonjong.
•
Metamorfisme
Kontak, akibat kenaikan suhu (intrusi
magma), terjadi rex’talisasi kimia disekitar intrusi, metamorfisme aureole.
•
Metamorfisme
Timbunan (burial), akibat tertimbun sangat dalam, suhu 3000C,
kelompok mineral zeolit.
•
Metamorfisme
regional, pada kerak benua, sangat luas.
Pelapukan
Pelapukan atau weathering (weather)
merupakan perusakan batuan pada kulit bumi karena pengaruh cuaca (suhu, curah
hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu pelapukan adalah penghancuran batuan
dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur
atau larut dalam air. Pelapukan dibagi dalam tiga macam, yaitu pelapukan
mekanis, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis.
1.
Pelapukan
Mekanis
Pelapukan
mekanis atau sering disebut pelapukan fisis adalah penghancuran batuan secara
fisik tanpa mengalami perubahan kimiawi. Penghancuran batuan ini bisa
disebabkan oleh akibat pemuaian, pembekuan air, perubahan suhu tiba-tiba, atau
perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam.
2. Pelapukan Kimiawi
Pelapukan
kimiawi adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia. Biasanya yang
menjadi perantara air, terutama air hujan. Tentunya Anda masih ingat bahwa air
hujan atau air tanah selain senyawa H2O, juga mengandung CO2 dari udara. Oleh
karena itu mengandung tenaga untuk melarutkan yang besar, apalagi jika air itu
mengenai batuan kapur atau karst. Batuan kapur mudah larut oleh air hujan. Oleh
karena itu jika Anda perhatikan pada permukaan batuan kapur selalu ada
celah-celah yang arahnya tidak beraturan. Hasil pelapukan kimiawi di daerah
karst biasa menghasilkan karren, ponor, sungai bawah tanah, stalagtit,
tiang-tiang kapur, stalagmit, atau gua kapur.
3. Pelapukan Biologis
Mungkin Anda pernah melihat orang
sedang memecahkan batu. Batu yang besar itu dihantam dengan palu menjadi
kerikil-kerikil kecil yang digunakan untuk bahan bangunan. Atau mungkin Anda
pernah melihat burung atau binatang lainnya membuat sarang pada batuan cadas, lama
kelamaan batuan cadas itu menjadi lapuk. Dua ilustrasi ini merupakan contoh
pelapukan biologis. Pelapukan biologis atau disebut juga pelapukan organis
terjadi akibat proses organis. Pelakunya adalah mahluk hidup, bisa oleh
tumbuh-tumbuhan, hewan, atau manusia. Akar tumbuh-tumbuhan bertambah panjang
dapat menembus dan menghancurkan batuan, karena akar mampu mencengkeram batuan.
Bakteri merupakan media penghancur batuan yang ampuh. Cendawan dan lumut yang
menutupi permukaan batuan dan menghisap makanan dari batu bisa menghancurkan
batuan tersebut.
Stratigrafi
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah,
komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat
dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi
(litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif
maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui
luas peny
Tidak ada komentar:
Posting Komentar