Jumat, 11 Oktober 2013

MIKROPALEONTOLOGI

RANGKUMAN MATERI MIKROPALEONTOLOGI
MATERIAL BUMI DAN JENIS-JENIS BATUAN

Created by : MIFTAKHATUN
           B1J009128


Jenis-Jenis Batuan
Batuan merupakan material bumi yang terdiri dari satu atau lebih mineral, terbentuk di alam dan tidak hidup. Berdasarkan genesanya, batuan dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu:
       a.      Batuan Beku
Batuan beku  adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).

Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat dilapangan saja, misalnya:
• Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.
• Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu:
• Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
• Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur.
• Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
• Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
• Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
• Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar berlembar).
Komposisi Mineral
Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
• Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
• Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen, amphibol dan olivin.
Batuan ini mempunyai empat jenis tekstur  yaitu       :
·         Gelas (glassy) yakni tekstur yang tidak berbutir atau tidak mempunyai x’tal, amorf.
·         Afanitik (aphanitic) atau disebut juga fine grain texture, berbutir sangat halus dan tidak terlihat tanpa alat pembesar.
·         Faneritik (phaneritic) atau disebut juga coarse grain texture, berbutir cukup besar, terlihat tanpa alat.
·         Porfiritik (porphyritic) batuan dengan teksture ini mempunyai dua ukuran x’tal yang dominan.
Disamping itu, batuan beku juga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
·         Batuan beku dalam (intrusif), mendingin dan membeku sangat lama (106 tahun), bentuk x’tal besar dan sempurna(faneritik)
·         Batuan Beku luar (ekstrusif), mendingin dan membeku sangat cepat (P dan T di atmosfir) x’tal sangat halus / amorf.
b. Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari sedimen (rombakan dari batuan yang telah ada) yang ditransport oleh air, udara dan grafitasi dan diendapkan di darat atau air dan telah mengalami proses diagenesa. Batuan sedimen dibedakan menjadi dua.


 Ø  batuan sedimen klasik, terdiri dari material pecahan/hancuran batuan atau mineral yang sudah ada sebelumnya.
 Ø  Batuan sedimen nonklastik, Pengendapan akibat perubahan kondisi kimia oleh penguapan atau oleh proses biokimia. kondisi kimia yang dimaksud adalah PH lingkungan media pengangkutnya (air).
Sifat utama batuan sedimen adalah berlapis sehingga membentuk bidang-bidang perlapisan. Bidang perlapisan merupakan perbedaan sifat fisik warna, besar butir, dan litologi. Kedudukan bidang perlapisan dinyatakan dengan Jurus(strike) dan Kemiringan (dip). Jurus merupakan kedudukan searah garis perpotongan bidang di alam dengan bidang horizontal. Sedangkan kemiringan maksudnya sudut terbesar antara bidang dialam dengan bidang horizontal.
 Struktur sedimen
         Bedding – Perlapisan
         Graded bedding – Lapisan bersusun
         Riple mark – Gelembur gelombang
         Cross bedding– Silang siur
         Mud cracks – Rekah kerut
c. Batuan Malihan (metamorfosa)
Batuan yang telah mengalami perubahan akibat tekanan dan atau suhu yang tinggi tanpa melalui lelehan [T>2000C & P>300Mpa]. Pada suhu dan tekanan rendah (normal) berlangsung diagenesa dan pelapukan. Sedangkan Metamorf dan lelehan berlangsung bersama pada suhu tertinggi.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses metamorphose :
           Cairan yang mempengaruhi reaksi kimia. Larutan gas, garam, mineral terlarut mempercepat pertukaran unsur, mineral           larutan
         Suhu dan tekanan, membentuk himpunan mineral-mineral baru dari yang semula sudah ada
         Waktu, mempengaruhi besar butir mineral yang terbentuk
Berdasarkan batuan asalnya, batuan metamorf dibedakan menjadi 3 jenis.
         Serpih dan mudstone : filit, sekis dan gneiss
         Basalt : sekis hijau, amfibolit dan granulit
         Batugamping dan batupasir : marmer dan kwarsit
Metamorfisme sendiri dibedakan menjadi empat.
         Metamorfisme Kataklastik (jarang terjadi)
            Deformasi mekanik pada metamofisme thd. batuan regas menghasilkan hancuran tidak terjadi rex’talisasi bila berlanjut fragmen menjadi lonjong.
         Metamorfisme Kontak, akibat kenaikan suhu  (intrusi magma), terjadi rex’talisasi kimia disekitar intrusi, metamorfisme aureole.
         Metamorfisme Timbunan (burial), akibat tertimbun sangat dalam, suhu 3000C, kelompok mineral zeolit.
         Metamorfisme regional, pada kerak benua, sangat luas.
Pelapukan
Pelapukan atau weathering (weather) merupakan perusakan batuan pada kulit bumi karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Pelapukan dibagi dalam tiga macam, yaitu pelapukan mekanis, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis.
1.      Pelapukan Mekanis
Pelapukan mekanis atau sering disebut pelapukan fisis adalah penghancuran batuan secara fisik tanpa mengalami perubahan kimiawi. Penghancuran batuan ini bisa disebabkan oleh akibat pemuaian, pembekuan air, perubahan suhu tiba-tiba, atau perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam.
2.      Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia. Biasanya yang menjadi perantara air, terutama air hujan. Tentunya Anda masih ingat bahwa air hujan atau air tanah selain senyawa H2O, juga mengandung CO2 dari udara. Oleh karena itu mengandung tenaga untuk melarutkan yang besar, apalagi jika air itu mengenai batuan kapur atau karst. Batuan kapur mudah larut oleh air hujan. Oleh karena itu jika Anda perhatikan pada permukaan batuan kapur selalu ada celah-celah yang arahnya tidak beraturan. Hasil pelapukan kimiawi di daerah karst biasa menghasilkan karren, ponor, sungai bawah tanah, stalagtit, tiang-tiang kapur, stalagmit, atau gua kapur.
3.      Pelapukan Biologis
Mungkin Anda pernah melihat orang sedang memecahkan batu. Batu yang besar itu dihantam dengan palu menjadi kerikil-kerikil kecil yang digunakan untuk bahan bangunan. Atau mungkin Anda pernah melihat burung atau binatang lainnya membuat sarang pada batuan cadas, lama kelamaan batuan cadas itu menjadi lapuk. Dua ilustrasi ini merupakan contoh pelapukan biologis. Pelapukan biologis atau disebut juga pelapukan organis terjadi akibat proses organis. Pelakunya adalah mahluk hidup, bisa oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, atau manusia. Akar tumbuh-tumbuhan bertambah panjang dapat menembus dan menghancurkan batuan, karena akar mampu mencengkeram batuan. Bakteri merupakan media penghancur batuan yang ampuh. Cendawan dan lumut yang menutupi permukaan batuan dan menghisap makanan dari batu bisa menghancurkan batuan tersebut.
Stratigrafi
            Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas peny

Tidak ada komentar:

Posting Komentar