Jumat, 11 Oktober 2013

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PEMELIHARAAN SIMPANSE (Pan troglodytes Blumenbach) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER TAMAN MARGASATWA RAGUNAN, JAKARTA SELATAN

 Created by : MIFTAKHATUN
           B1J009128






I.         PENDAHULUAN

Simpanse merupakan salah satu primata yang statusnya terancam punah dalam daftar merah IUCN 2007. Menurut Stirer (2000), satwa dengan ketegori terancam punah mempunyai resiko kepunahan yang tinggi. Salah satu upaya konservasi simpanse adalah dengan captive breeding seperti yang dilakukan pusat primata schmutzer (PPS). Perbedaan kondisi penangkaran dengan habitat alami dapat membentuk pola perilaku harian yang berbeda.
Simpanse dikenal sebagai primata pintar yang dapat membuat dan menggunakan alat untuk membantu mendapatkan makanan. Di alam, simpanse menggunakan ranting pohon dengan teknik memancing. Simpanse juga memanfaatkan daun untuk membantunya menampung air minum, menggunakan teknik “ palu dan paku “ untuk memecahkan kacang dengan memanfaatkan kayu dan batu, serta menggunakan daun  ficus mucuso untuk pengobatan (Dolhinow dan Fuentes, 1999; Humle dan Matsuzawa, 2001).
Simpanse merupakan anggota dari keluarga Hominidae, bersama dengan gorila, manusia, dan orangutan. Simpanse terpisah dengan manusia dalam keluarga sekitar 4 - 6 juta tahun lalu. Spesies simpanse merupakan kerabat terdekat manusia, semuanya berasal dari anggota suku Hominini (berikut dengan spesies yang punah dari sub-suku Hominina). Spesies dari genus Pan tersebut terpisah sekitar 1 juta tahun lalu. Simpanse merupakan hewan dimorfisme seksual. Ukuran tubuh jantan dewasa lebih besar daripada betina, yaitu berkisar antara 1 sampai 1,6 meter dengan berat tubuh berkisar antara 4,5 kg sampai 88 kg
(Oaklandzoo, 2003).
Simpanse hidup dalam grup sosial multi-jantan dan multi-betina yang besar. Suatu kelompok simpanse terdapat hirarki sosial yang jelas dan dialam memiliki sekitar 50 anggota yang terdiri dari individu  jantan sebagai ketua yang di sebut “alpha male”(Hartman, 2006).
Simpanse banyak hidup di hutan hujan tropis Afrika Tengah. Mereka tersebar mulai dari 10 derajat lintang utara hingga 8 derajat lintang selatan. Kera besar ini ditemukan mulai dari Gambia (Afrika bagian barat), Uganda (Afrika  bagian  timur), Kongo, dan Zaire. Meskipun habitat alaminya adalah hutan hujan tropis Afrika, namun simpanse juga memanfaatkan jenis habitat lain untuk ditempati seperti hutan savana dan hutan di pegunungan dengan ketinggian di atas 2.750 m (Shefferly, 2007).
Terdapat dua spesies pada genus Pan yaitu Pan troglodytes dan Pan panicus. Sebutan simpanse saat ini lebih di tunjukan kepada spesies P. troglodytes sedangkan spesies P. paniscus lebih dikenal sebagai “pygmy chimpanzee” atau bonobo. Simpanse (Pan troglodytes) merupakan hominoid terkecil diantara dua kera Afrika yang ada. Seperti anggota kera besar lainya yaitu gorila dan orang utan, simpanse mempunyai lengan yang lebih panjang daripada kakiknya, tidak mempunyai ekor, dan mempunyai ibu jari yang besar. Kebanyakan simpanse berwarna hitam, namun ada pula yang memiliki punggung abu-abu. Wajahnya lonjong, tidak ditutupi rambut dan rahangnya panjang, kulit cenderung berwarna merah muda pada waktu bayi dan bertambah gelap seiring dengan bertambahnya usia. Bibirnya tipis, tonjolan pada alis terlihat jelas , dan mempunyai telinga yang besar ( Rowe, 1996; Hoeve, 1991).

Klasifikasi  Simpanse (Pan troglodytes) menurut Rowe (1996) sebagai berikut :
Kerajaan          :  Animalia
Filum               :  Chordata
Kelas               :  Mammalia
Ordo                :  Primata
Famili              :  Hominidae
Genus              :  Pan
Spesies            :  Pan troglodytes
Kesejahteraan hewan (Animal welfare) merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk menjamin kesuksesan upaya konservasi simpanse di PPS. Kandang, pakan, vegetasi dalam kandang, dan program pengayaan (Enrichment) harus di sesuaikan dengan kebutuhan simpanse yang mudah mengalami stress. Satwa liar yang stress dapat membahayakan dirinya dan tentu akan menghambat upaya pelestarian.
Menurut Utami (2002), faktor penting dalam kesejahteraan hewan adalah faktor fisik, sosial dan psikologi hewan . Faktor fisik yang perlu diperhatikan diantaranya cukup tersedia makanan, tempat berlindung, kesehatan  dan kondisi iklim yang sesuai dengan aktivitas hidup, reproduksi serta bebas dari penyakit. Faktor sosial yang harus diperhatikan adalah interaksi sosial seperti bermain, menelisik dan seksual. Satwa yang berada dalam lingkungan penangkaran harus terbebas dari kebosanan, cekaman, dan tingkah laku abnormal.
Tujuan dilaksanakan praktik kerja lapangan ini :
Mengetahui cara pemeliharaan simpanse dan mengetahui prosedur  perawatan simpanse yang baik.
Manfaat kerja praktek lapangan ini diharapkan dapat menambah  pengetahuan mengenai pemeliharaan simpanse dan menambah pengetahuan mengenai proses perawatan simpanse.

               II.      MATERI DAN METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN

1.               Materi
1.1  Objek Pengamatan
Objek yang diamati adalah 3 individu Simpanse (Pan troglodytes Blumenbach)  yang ada di Schmutzer Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Simpanse yang diamati terdiri dari  satu jenis induvidu betina yaitu  Monica (22 tahun ), dan dua jenis jantan dewasa Cassa (32 tahun) dan Petsy (52 tahun).
1.2   Waktu  dan Lokasi Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan ini  dilaksanakan selama 10 hari yaitu pada tanggal 27 Januari - 03 Februari 2012 di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan.
2.         Metode Praktek Kerja Lapangan
2.1   Cara Pemeliharaan
                   Mengamati secara langsung pemeliharaan Simpanse (Pan troglodytes Blumenbach)   di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan.
2.2        Cara Perawatan
 Mengamati secara langsung cara perawatan termasuk cara memberi makan, pemeriksaan  kesehatan, membersihkan kandang Simpanse (Pan troglodytes Blumenbach)   di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan.

3.                  Evaluasi Kerja
1.      Mengamati secara langsung pemeliharaan Simpanse (Pan troglodytes Blumenbach) di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan
2.      Mengamati secara langsung perawatan termasuk cara pemberian pakan, pemeriksaan kesehatan, pembersihkan kandang Simpanse (Pan troglodytes Blumenbach) di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan
                                      III.             EVALUASI HASIL KERJA

3.1 Deskripsi Lokasi Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan
Taman Margasatwa Ragunan (TMR) DKI Jakarta diresmikan oleh Gubernur  DKI Jakarta Ali Sadikin pada tanggal 22 juni 1966. TMR berada pada ketinggian 50 meter diatas permukaan laut dengan curah hujan tahunan rata-rata 2.300 mm dan kelembaban tahunan rata-rata 60%. TMR dahulu hanya menempati areal seluas 10 ha kemudian berkembang hingga kini total area mencapai 135 ha. TMR berfungsi sebagai sarana perlindungan dan pelestarian alam (konservasi ex situ), sarana pendidikan , sarana penelitian serta sarana rekreasi bagi masyarakat.
Berdasarkan inventaris satwa per 31 Desember 2007, koleksi TMR terdiri dari 82 spesies mamalia ,132 spesies aves, 41 spesies reptil, dan 19 spesies dengan total keseluruhan satwa sebanyak 3.500 ekor. Pusat primata Schmutzer (PPS) merupakan lokasi khusus primata yang berada dalam TMR, dan dibangun atas prakarsa mendiang ibu Puck Schmutzer. Pembangunan dan pengembangan PPS mulai tahun 2000 dan peresmian tahap pertama dilakukan tahun 2002. PPS mempunyai luas kurang lebih 13 ha dan baru digunakan sebanyak 6 ha. Pembangunan PPS diharapkan dapat membantu masyarakat Indonesia untuk lebih  menghargai dan peduli pada satwa liar khususnya primata.
Prinsip- prinsip pengolahan primata yang diterapkan PPS berbeda dengan prinsip pengolahan kebun binatang secara umumnya di Indonesia. Prinsip PPS bukan untuk mengkoleksi primata sehingga seluruh primata yang berada di PPS hanya satwa-satwa hasil breeding, serahan masyarakat atau sitaan.
Satwa-satwa PPS direhabilitasi untuk kemudian dilepaskan kembali ke habitat aslinya, contohnya adalah progam rehabilitasi orang utan yang akan dikirimkan ke wana riset, Kalimantan Timur. Banyak satwa primata sitaan di PPS yang sudah terlanjur menjadi hewan pemeliharaan (pet) sehingga sulit diliarkan kembali.
3.3 Fasilitas Simpanse
Fasilitas Simpanse di PPS  merupakan sebuah lahan seluas 1,5 ha yang dilengkapi dengan beberapa pulau buatan (arficial island) yang belum sepenuhnya selesai seperti yang direncanakan. Saat ini pembangunan fasilitas simpanse baru mencapai tahap 1 dan pembangunan tahap 2 masih dalam proses.
Pulau buatan untuk simpanse berada di dekat kandang Yaki (Macaca agilis). Kandang luar simpanse ini berbentuk lingkaran dengan luas keseluhan mencapai 1.150  m2. Pulau buatan dikelilingi oleh parit selebar 3,3 m. Parit sebagai pembatas antara pulau dan pengamanan pengunjung dilengkapi dengan kawat listrik yang dipasang 30 cm diatas permukaan air. Terdapat dua jembatan permanen yang menghubungkan pulau dengan kandang tidur simpanse dan dua jembatan geser yang bisa digunakan perawat untuk menyebarkan pakan dan membersihkan kandang luar.
3.4  Profil Simpanse
                   Simpanse yang terdapat di Pusat Primata Schumutzer tahun 2011 berjumlah 3 ekor dua jantan dan satu betina. Simpanse tersebut yaitu :
a.         Petsy lahir tanggal 17 Maret 1960 di Wellington Zoological Garden, Inggris (Captive born). Petsy atau biasa dipanggil pet merupakan individu jantan tetua dan merupakan pasangan conny yang kini sudah mati. Pet berbadan tambun dengan perut buncit dan mempunyai langan yang kekar. Rambut tumbuh pendek berwarna coklat kehitaman kecuali pada bagian pipi yang berwarna putih.
b.        Cassa lahir di alam (Wild born) sekitar tahuan 1980. Cassa dibawa dari Spanyol ke Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta pada tahun 1982. Cassa memiliki tubuh yang ramping dibandingkan simpanse lain di PPS. Selain dari warna rambutnnya yang coklat keperakan, Cassa dapat dikenali dari wajahnya yang tidak simetris. Jantan kedua di PPS ini merupakan ayah dari Monica.
c.         Monica lahir di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta pada tanggal 4 Februari 1990 (Captive born) dari pasangan cassa dan campo. Monica memiliki warna rambut hitam kecoklatan dengan ciri khas yaitu warna rambut dari pinggang sampai kaki kecoklatan sedangkan dari pinggang sampai kepala hitam. Ciri khas lain adalah warna matanya yang orange seperti mata Campo, ibunya.

Gambar 1. Simpanse (Pan troglodytes) yang ada di PPS

3.5 Kesejahteraan Simpanse Di Pusat Primata Schumutzer
                   Pemeliharaan satwa liar  secara eksitu dengan tujuan captive breeding untuk usaha pelestarian harus memperhatikan beberapa faktor yang berkaitan dengan kesejahteraan hewan (Animal welfare). Kesejahteraan hewan bertujuan untuk mengurangi penderitaan satwa ketika digunakan oleh manusia seperti salah satunya yang dilakukan di PPS. Farm animal welfare council, Inggris telah mengatur lima poin kebebasan satwa dan sejak lama telah digunakan oleh masyarakat yang bekerja dengan hewan seperti peneliti dan pengelola kebun binatang (WSPA, 2002).
                   Kebun binatang dan pusat primata sudah seharusnya mengikuti aturan kesejahteraan hewan dan menjalankan standar umum dalam memperagakan satwa. Menurut Utami (2002), standar yang ditetapkan adalah standar minimum dan tidak menutup adanya perlakuan tambahan hasil pelatihan dan pengalaman serta informasi lain yang digunakan dalam pemeliharaan satwa liar. Standar umum peragaan satwa meliputi display, shelter, ruang terbuka , fasilitas pengunjung, nutrisi, kebersihan , penyimpanan makanan, penyiapan makanan, pembuangan limbah , pengontrolan hama dan predator. Pemeriksaan kesehatan , pengecekan kesehatan awal selama 60-90 hari di karantina bagi satwa baru, dan penanganan satwa mati.
                   Faktor lain yang mendukung kesejahteraan satwa adalah pemeliharaan dan pengolahan bagi satwa serta keamanan dan pengamanan pengunjung. Pemeliharaan dan pengolahan meliputi desain kandang, pengandangan di ruang tertutup , dan papan petunjuk mengenai larangan dan peraturan yang harus di ikuti oleh pengunjung. Keamanan dan pengamaman meliputi pembangunan kandang serta terdapatnya papan peringatan bagi pengunjung apabila satwa yang diperagakan adalah satwa berbahaya.
                   PPS (Pusat Primata Schumutzer) sejak mulai difungsikan pada tahun 2002 telah memenuhi standar umum kesejahteraan satwa liar di kebun binatang . beberapa poin utama untuk mendukung upaya kesejahtersan hewan yang telah di tetapkan di PPS adalah makanan, pengolahan kandang,  pemelihaaran kesehatan, pencatatan dan pemilihan keeper.
a.        Makanan Simpanse
                   Pakan simpanse di PPS diberikan tiga kali sehari, yaitu pada pukul 08.30 pukul 13.00 dan 15.30 wib. Pagi hari pakan diberikan dua kali yaitu didalam kandang tidur dan di kandang luar. Dikandang  tidur, masing – masing simpanse diberi sarapan pagi dengan menu roti tawar isi selai madu dan minuman (sirup / susu secara bergantian) sebanyak 500 ml. Setelah pemberian pakan , keeper atau perawat akan menyebarkan pakan simpanse berupa capuran buah-buahan dan sayuran yang telah di cuci bersih.
                   Penyebaran pakan ini bertujuan agar simpanse aktif bergerak mencari pakan ketika dikeluarkan ke kandang luar seperti tingkah lakunya di alam. Menurut Fulk et.al (1992), penyebaran pakan mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan pemberian pakan secara langsung , yaitu untuk memindahkan satwa dari suatu lokasi ke lokasi yang lain dan untuk memberikan nilai pendidikan bagi publik.
                   Sore hari, pakan simpanse di berikan di kandang tidur (Holding area) dengan tujuan memancing simpanse masuk. Kombinasi pakan sore dengan pakan pagi selalu di bedakan untuk mencegah kebosanan. Dua hari sekali pakan sore diberikan tambahan pengayaan seperti telur rebus, ubi rebus dan kentang rebus. Pemberian pengayaan juga dilakukan untuk menggantikan jenis pakan yang berkurang pada hari kedua setelah pengadaan pakan. Bubur oat terkadang masuk dalam menu pakan simpanse. Untuk  simpanse yang mempunyai kesulitan makan.
                    Simpanse memerlukan beberapa suplai makanan.  Makanan mereka adalah buah dan sayuran yang segar. Penyiapan dan penyimpanan buah dan sayuran harus higenis untuk mencegah berbagai macam penyakit. Komposisi buah sekitar 60 – 70 %, sayuran 10-20%  ataupun makanan tambahan 5 - 10%. Komposisi buahnya terdiri atas Apel  Merah (Malus domestica), Apel Malang (Malus sylvertiris), Pir (Pyrus communis), Jambu Biji Merah (Psidium guajava), Jeruk (Citrus sp), Melon (Cucumis melo L), Pisang (Musa paradisiaca), Pepaya (Carica papaya), Salak (Salacca zalacca), Markisa (Passiflora edulis), Manggis (Garcinia mangostana), Sawo (Manilkara zapota), Kacang (Arachis hypogae), Anggur (Vitis vinifera), Kelengkeng (Dimocarpus longan). Komposisi sayuran yang diberikan seperti Selada (Lactuca sativa), Timun (Cucumis sativus), Terong (Solanum melongena), Wortel (Daucus carota), dan Daun Tumek, Jagung (Zea mays), Kentang Rebus (Solanum tuberosum). Komposisi makanan tambahan terdiri dari Roti, Kurma (Phoenix dactylifera), Kismis,  Telur ayam rebus, dan Ubi rebus (Ipomea batatas).





Tabel 1.1 Jenis makan yang di konsumsi Simpanse
No.

Jenis Makanan
Waktu Pemberian
Pagi
Siang
Sore
1.
Pisang (Musa paradisiaca)
ü   

ü   
2.
Jeruk (Citrus sp)
ü   


3.
Timun (Cucumis sativus)


ü   
4.
Markisa (Passiflora edulis)
ü   


5.
Manggis (Garcinia mangostana)


ü   
6.
Pepaya (Carica papaya)
ü   

ü   
7.
Salak (Salacca zalacca)
ü   


8.
Pir (Pyrus communis)
ü   

ü   
9.
Apel Malang (Malus sylvertiris)
ü   

ü   
10.
Apel  Merah (Malus domestica)
ü   


11.
Sawo (Manilkara zapota)
ü   

ü   
12.
Jambu Biji Merah (Psidium guajava)
ü   


13.
Melon (Cucumis melo L)
ü   

ü   
14.
Kelengkeng (Dimocarpus longan)

ü   

15.
Anggur (Vitis vinifera)

ü   

16.
Ubi rebus (Ipomea batatas)


ü   
17.
Kentang Rebus (Solanum tuberosum)


ü   
18.
Jagung (Zea mays)


ü   
19.
Kacang (Arachis hypogae)

ü   

20.
 Bubur Quacare oat
ü   


21.
Roti tawar
ü   


22.
Kismis

ü   

23.
Telur rebus


ü   

 Gambar 2. Jenis – jenis makanan Simpanse



a.        Pengolahan Kandang Simpanse
                   Simpanse di PPS ditempatkan di dua kandang luar (Enclosure) terpisah. Kandang simpanse terbagi menjadi dua bagian yaitu kandang peraga alami  (kandang luar) dan kandang tidur. Kandang peraga alami merupakan tempat simpanse melakukan perilaku hariannya mulai pukul 08.00 s.d 16.00 wib. Di kandang luar terdapat berbagai tumbuhan yang tumbuh maupun sengaja ditanam untuk menciptakan lingkungan yang alami. Beberapa pengayaan ditambahkan di kandang luar agar simpanse tidak merasa bosan dan dapat beraktivitas seperti halnya simpanse di alam. Sore harinya simpanse masuk kekandang tidur dan mendapatkan pengayaan yang disesuaikan dengan kebutuhan tidur simpanse yaitu berupa sarang buatan dengan jerami sebagai pelengkap. Kandang luar simpanse rutin dibersihkan setiap pagi oleh perawat dari sisa-siasa pakan hari sebelumnya. Selain mengotori kandang luar, sisa- saisa pakan juga di khawatirkan menimbulkan penyakit apabila termakan kembali oleh simpanse.
Gambar 3. Kandang Simpanse (Pan troglodytes) di PPS

a.        Pemelihaaran kesehatan
                   Simpanse di PPS mendapatkan upaya preventif terhadap beberapa penyakit umum seperti diare dan cacingan. Pencegahan penyakit diare yang disebabkan makanan dilakukan dengan menjaga kebersihan makan. Sebelum peracikan menu , setiap jenis makanan di cuci dengan air yang mengalir sampai bersih. Dapur makan juga senansitasa dijaga kebersihananya dan alat –alatnya yang digunakan seperti pisau , blender, dan panci untuk memasak selalu dipastikan kebersihannya sebelum dan sesudah digunakan. Pencegahan penyakit cacingan dilakukan dengan pemberian obat cacing ‘’Vermox’’ dua bulan sekali dengan dosis tunggal dewasa. Pemberian multi vitamin seperti ‘’Sakatonik ‘’ dan Scot Emultion ‘’ juga diberikan satu bulan sekali dengan dosis dewasa sebagai upaya preventif penurunan kondisi tubuh simpanse. Menurut Fulk et.al (1992) ,simpanse di penangkaran rentan terserang hypercholesterolemia, kekurangan zat besi dan obesitas.
b.        Pencataan dan pemilihan keeper
                    Pusat primata telah melakukan pencataan (studybook) mengenai asal usul primata yang ditangkarkan, dan setiap minggunya selalu di perbaharui dengan memasukan informasi baru mengenai perkembangan simpanse.
                   Pemilihan keeper (perawat) di PPS merupakan hal yang utama yang dilakukan untuk menjamin kesehatan dan psikologis simpanse. Pemilihan keeper diharapkan mampu merawat, menjaga simpanse dan mengetahui perkembangan simpanse. Pemeliharaan simpanse ini di perlukan keeper yang handal dimana memiliki kepekaan, kesabaran dalam merawat simpanse.

3.6              Kesimpulan dan Saran
a.             Kesimpulan
                   Berdasarkan hasil  pengamatan dan pembahasan yang telah di uraikan di atas dapat di simpulkan bahwa :
1.       Pemeriksaan kesehatan dan pembersihan kandang luar maupun dalam secara rutin.
2.      Penyimpanan dan penyiapan makanan secara higenis untuk mencegah berbagai macam penyakit.
b.                 Saran
                   Di harapkan dalam pemeliharaan Simpanse lebih diperhatikan dengan pemberian makanan yang teratur dan penyimpanan makanan secara higenis.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar